Kelompok :
1.
Nama :
Gede Wisnu Sudarta
Nim :
201104007
Jurusan : Seni
Rupa Murni ( Lukis )
2.
POKOK BAHASAN IX
Bahan diskusi kelompok :
Diskusikan karya seni lukis
Hendra Gunawan yang berjudul “Pengantin Revolusi” dibawah ini.
Pengantin Revolusi
Hasil diskusi Kelompok sebagai
berikut :
Sebelum
kita menulis hasil diskusi sangatlah perlu kita mengetahui hal – hal sebagai
berikut untuk mentukan hasil karya seniman masa perjuangan revolusi fisik
kemerdekaan RI :
A. Situasi dalam th. 1945-1949
1.
Hubungan dengan luar negeri terisolir.
2.
Seniman susah mencarai bahan untuk melukis
3.
Kanvas dibuat dari kain blacu dilapisi kanji
4.
Bahan lain untuk melukis adalah kertas
5.
Warna sangat langka dan sering warna
satu tube dibagi.
6.
Banyak lukisan memiliki warna-warna yang
minimal dalam kombinasinya.
7.
Keadaan yang kekurangan ini telah
memberikan efek yang khas pada seni lukis pada masa itu
8.
Mencerminkan jauh dari kemewahan
9.
Mewakili rasa dan iklim perjuangan untuk
mengatasi situasi.
10.
Melahirkan sifat kehematan, hal ini tercermin dari minimnya kombinasi warna yang
terdapat dalam lukisan saat itu.
11.
Tema yang diangkat mencatat situasi
kehidupan rakyat yang sulit
12.
Mengabadikan berbagai perjuangan fisik melawan
tantara Belanda melalui sketsa
13.
Banyak dilukis potret diri untuk menghemat biaya
untuk sewa model, bentuk studi yang baik tentang wajah dengan ekspresi
perwatakannya
14.
Melukis alam benda sering menjadi tema saat
itu.
15.
Melukis hidangan di piring yang terdiri dari
nasi dan ikan asin sebagai pernyataan prihatin.
16.
Istri pelukis sendiri sering diminta sebagai model di sanggar.
17.
Gaya seni lukis saat itu berkisar realime, impresionisme, dan
exspresionisme dengan warna-warna yang mengesankan dekoratif.
B. Seniman Masa Perjuangan Revolusi Fisik Kemerdekaan RI
Khusus
Seniman : Hendra Gunawan (1918 )
1.
Jaman kesanggaran 1945-1949 menggunakan teknik melukis secara
langsung sebagai dasar melukis realis
2.
Seketsa dengan plototan merupakan teknik dasar dalam membuat
bentuk global pada karyanya.
3.
Situasi yang mengharukan tentang kehidupan kemanusiaan merupakan
perhatian utama bagi Hendra dalam menangkap obyek.
4.
Warna-warna yang meriah dekoratif sebagai ciri dalam karyanya.
5.
Memiliki sifat humor yang ditampilkan melalui figur-figur manusia
pada karyanya.
6. Hendra memiliki ciri
khas dalam penampilan proporsi figur manusia rata-rata kepanjangan (mulai tahun
50-an)
C. Sekilas
tentang Pelukis Hendra Gunawan :
Hendra
Gunawan, Pelukis Maestro Indonesia yang sudah mencapai puncak kejayaannya dalam
berkarya di dunia seni rupa dan patung,bahkan karya karya nya tembus di
berbagai penjualan Lukisan di manca negara dengan harga "Milyar
"
Pada
awal nya Hendra Goenawan adalah seorang seniman yang membuat patung
sampai pada suatu saat dia bertemu dengan Wahdi seorang pelukis terkenal saat
itu yang beraliran naturalist, kemudian Hendra banyak menimba ilmu melukis dari
wahdi.
Karena
Hendra seorang jenius maka teknik lukisannya sangat jauh berkembang sehingga
dia di anggap penemu aliran baru yang kemudian membawa nama nya masuk dalam
pelukis papan atas Indonesia.
Hendra
Gunawan adalah seorang aktifis yang menjadi pelukis besar di Indonesia seperti
aktifis lain yang juga menjadi pelukis pelukis legenda / old master/maestro
lainnya seperti S Sudjojono, Trubus, Henk Ngantung, Affandi, Otto djaya , Mas
Tot, Agus djaya Joko Pekik dan lain lain. Mereka dikenal sebagai
Soekarnois dan mereka tidak pernah takut dan gentar membicarakan tentang
ideologi ideologi Bung Karno.
Dengan
mengacu pada tentang ketentuan diatas yaitu situasi dikala itu dan merupakan
seniman masa perjuangan revolusi fisik
kemerdekaan RI dan beberapa pendapat
penikmat seni dari internet untuk lukisan “Pengantin
Revolusi “ karya Hendra Gunawan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengantin
revolusi karya hendra Gunawan, sebuah realitas sosial masyarakat dapat
terdeskripsi lewat wujud visual yang ditampilkan seorang seniman yang kemudian
hadir dalam bentuk mimesis realitas. Pendekatan ini menitikberatkan pada
semesta sebagai aspek referensial.
Karya
sastra juga termasuk karya seni, dipandang sebagai refresentasi, peniruan, atau
pembayangan kenyataan. Namun mimesis ini hidup dalam ruang dan waktunya sendiri
terlepas dari realitasnya yang sebenarnya realitas induk yang ditiru. Meski
demikian, mimesis ini tentu saja tidak dapat dipisahkan seutuhnya dari realitas
induknya yang berkedudukan sebagai cermin pembanding karya seni dengan realitas
tersebut.
Mengamati
lukisan yang bertajuk pengantin revolusi ( tahun 1955 ) Hendra Gunawan
mendeskripsikan sebuah realitas yang diisi oleh sejumlah orang yang hadir
dengan keberagaman karakter yang ditunjukan oleh perbedaan penampilan orang –
orang dalam lukisan tersebut. Memandang utuh lukisan ini pada kali pertama
fokus pandangan tertuju pada penonjolan perempuan pengantin yang tengah duduk
disebuah sepeda, perempuan berpenampilan mencolok dengan warna kuning terang
dan memiliki mata yang sipit. Mata sipit ini merujuk pada ciri khas mata etnis
Tionghoa dan asumsi ini diperkuat dengan keberadaan pria berperut buncit yang
berada didepan alat musik tanji dor.
Penampilan
pria yang perut buncit ini mencirikan icon Cap Go Meh yaitu Tahung Loya, Cap Go
Meh merupakan perayaan hari ke lima belas
dan hari terakhir dari perayaan tahun baru Imlek bagi masyarakat
Tionghoa yang tinggal diluar Cina, Cap Go Meh adalah salah satu budaya
masyarakat Tionghoa, sebagai hasil alkulturasi budaya Tionghoa dengan budaya
masyarakat lokal.
Pengantin
perempuan dalam lukisan ini identik dengan perempuan Tionghoa Singkawang
dibandingkan perempuan Betawi. Hal ini didukung oleh pemilihan warna kuning
menyala yang kemudian mengenakan mahkota atau yang lebih dikenal Sekar Suhun,
sebagai ciri khas tata rias pengantin daerah Kutai. Disamping itu pemilihan
bentuk rambut yang dikuncir dua dan penggunaan celana panjang bukan adalah ciri
khas busana pengantin perempuan Tionghoa Singkawang. Sementara itu pengantin
Betawi justru biasanya mengikat tinggi – tinggi rambutnya seperti dicepol dan
menggunakan rok panjang.
Keterkaitan
antara pengantin perempuan Tionghoa yang merunduk, Cap Go Meh, Revolusi, dan
pelukis merupakan hubungan yang sejajar, yaitu mengenai diri pelukis. Hendra
Gunawan dalam lukisannya berusaha memaparkan bagaimana pengalamannya di front
perjuangan, telah memberikan sumbangan inspirasi berharga baginya. Bertolak
dari hal tersebut lahir karyannya yang bernuansa “ REVOLUSIONER “ dan bersifat
kerakyatan. Pemilihan pengantin Tionghoa dapat merujuk pada ruang bernaung
Hendra Gunawan, yang aktif dalam lekra yang berafiliasi langsung ke partai
komunis Indonesia. Sementara itu pemilihan pengantin perempuan yang merunduk
dapat merujuk pada analogi KETIDAKADILAN pemerintah kala tersebut dengan kaum
etnis Tionghoa, yang diwakili dengan ikon perempuan. Pemilihan ikon tersebut
terkait dengan citra perempuan dalam sistem patriaki yang selalu mengalami
perlakuan tidak sama, bahkan cendrung TERDISKRIMINASI oleh kedaan buruk. Sekian
dapat kami sampaikan, terima kasih.