Kelompok :
1.
Nama :
Gede Wisnu Sudarta
Nim :
201104007
Jurusan : Seni
Rupa Murni ( Lukis )
2
RANGKUMAN
POKOK BAHASAN IX
SENI RUPA INDONESIA MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN 1945-1949
Setelah Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak ada ketentraman
di Jakarta setelah diproklamasikan kemerdekaan RI, oleh Bapak Soekarno – Hatta.
Tentara sekutu datang (Inggris
dan Belanda) ingin menduduki Indonesia kembali. Dalam sejarah Indonesia selama 1945—1949
dimulai dengan masuknya Sekutu diboncengi oleh Belanda (NICA) ke
berbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang, dan
diakhiri dengan penyerahan kedaulatan kepada
Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Terdapat
banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, Aksi
Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa
sejarah lainnya.
Kantor pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Yogyakarta dijadikan
pusat pemerintahan sementara Indonesia. Karena situasi keamanan
ibukota Jakarta (Batavia saat itu) yang makin memburuk, maka pada tanggal 4
Januari 1946, Soekarno dan Hatta dengan menggunakan kereta api, pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibukota. Meninggalkan Sutan Syahrir dan
kelompok yang pro-negosiasi dengan Belanda di Jakarta.
Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api, yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa).
Orang lantas berasumsi bahwa rangkaian kereta api yang digunakan adalah
rangkaian yang terdiri dari gerbong-gerbong luar biasa. Padahal yang luar biasa
adalah jadwal perjalanannya, yang diselenggarakan di luar jadwal yang ada,
karena kereta dengan perjalanan luar biasa ini, mengangkut Presiden beserta
Wakil Presiden, dengan keluarga dan staf, gerbong-gerbongnya dipilihkan yang
istimewa, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA) untuk VVIP.
Yogyakarta dijadikan
Ibu Kota RI dari 1945-1949. Meski demikian, Yogyakarta tetap saja dapat ditakhlukkan
oleh Belanda dan sekaligus menangkap para pemimpin tinggi negara, seperti
Soekarno dan M. Hatta. Bersamaan dengan tertangkapnya para pemimpin tinggi
negara tersebut, tentara (dan juga laskar rakyat tentu saja), menyingkir dari
kota menuju pedesaan, untuk menyusun strategi serta melancarkan perang gerilya.
Yogyakarta pada kurun waktu tahun 1945-1949, berada dalam kondisi yang relatif
tidak kondusif keamanannya akibat dari konflik bersenjata antara Indonesia
dengan Belanda. Meskipun demikian, kegiatan hiburan dikota ini tetap
berlangsung semarak.
Teater dan seni pertunjukan misalanya, tetap melakukan
pertunjukan di kota-kota yang dikuasai Belanda. Di kota yang diduduki republik
pun, kegiatan yang bersifat hiburan juga berjalan. Sementara di daerah pedesaan
yang merupakan basis perlawanan rakyat melawan Belanda, kegiatan teater juga
berjalan dalam jalur rakyat total.
Dari th 1945 -1949 Indonesia memperjuangkan pengakuan kemerdekaan di PBB.
Maka dari th 1945 -1949 terjadi revolusi fisik kemerdekaan. Sementara peperangan sedang berlangsung, Dewan Keamanan
PBB, atas desakan Australia dan India, mengeluarkan
perintah peletakan senjata tanggal 1 Agustus 1947, dan segera setelah itu
mendirikan suatu Komisi Jasa-Jasa Baik, yang terdiri
dari wakil-wakil Australia, Belgia dan Amerika Serikat, untuk menengahi
perselisihan itu .
Tanggal 17 Januari 1948 berlangsung konferensi di atas
kapal perang Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan lain,
yang bisa diterima oleh yang kedua belah pihak yang berselisih. Akan terjadi
perdamaian yang mempersiapkan berdirinya zone demiliterisasi Indonesia Serikat
akan didirikan, tetapi atas garis yang berbeda dari persetujuan Linggarjati,
karena plebisit akan diadakan untuk menentukan apakah berbagai kelompok di
pulau-pulau besar ingin bergabung dengan Republik atau beberapa bagian dari
federasi yang direncanakan Kedaulatan Belanda akan tetap atas Indonesia sampai
diserahkan pada Indonesia Serikat.
Pada tanggal 19 Januari ditandatangani persetujuan
Renville Wilayah Republik selama masa peralihan sampai penyelesaian akhir
dicapai, bahkan lebih terbatas lagi ketimbang persetujuan Linggarjati :
hanya meliputi sebagian kecil Jawa Tengah (Jogja dan delapan Keresidenan) dan
ujung barat pulau Jawa -Banten tetap daerah Republik Plebisit akan
diselenggarakan untuk menentukan masa depan wilayah yang baru diperoleh Belanda
lewat aksi militer. Perdana menteri Belanda menjelaskan mengapa persetujuan itu
ditandatangani agar Belanda tidak "menimbulkan rasa benci Amerika".
Sedikit banyak, ini merupakan ulangan dari apa
yang terjadi selama dan sesudah perundingan Linggarjati. Seperti melalui
persetujuan Linggarjati, melalui perundingan Renville, Soekarno dan Hatta
dijadikan lambang kemerdekaan Indonesia dan persatuan Yogyakarta hidup lebih
lama, jantung Republik terus berdenyut. Ini kembali merupakan inti keuntungan
Seperti sesudah persetujuan Linggarjati, pribadi lain yang jauh dari pusat
kembali diidentifikasi dengan persetujuan -dulu Perdana Menteri Sjahrir, kini
Perdana Menteri Amir- yang dianggap langsung bertanggung jawab jika sesuatu
salah atau dianggap salah.
Th 1949 Indonesia mulai diakui oleh
dunia Internasional sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Akibat dari Agresi Militer
tersebut, pihak internasional melakukan
tekanan kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang
mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding
dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga
2 November 1949. Yang menghasilkan
kesepakatan:
- Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat.
- Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht
(penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele
acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Perjuangan Seniman pada revolusi fisik kemerdekaan RI. Masa
revolusi fisik yang terjadi tahun 1945-1949, hampir diseluruh kota-kota di
Indonesia hingga pedesaan, rakyatnya melakukan gerakan mengangkat senjata untuk
mengusir Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia pasca menyerahnya
Jepang terhadap sekutu. Kota-kota yang bergejolak antara lain, Bandung,
Semarang, Solo, Surabaya, hingga Yogyakarta.
Para seniman
terkemuka dari Jakarta dan Bandung turut pindah ke Yogyakarta dan berjuang
melalui karya seni. Disini, Yogyakarta memiliki posisi yang penting dibandingkan
dengan
daerah yang lain. Hal ini disebabkan adanya keputusan dari rapat kabinet pada
tanggal 3 Januari 1946, yang isinya memindahkan kekuasaan pusat pemerintahan
dari Jakarta ke Yogyakarta pada karena keadaan di Jakarta semakin
mengkhawatirkan.
Meski demikian, Yogyakarta tetap saja dapat ditakhlukkan
oleh Belanda dan sekaligus menangkap para pemimpin tinggi negara, seperti
Soekarno dan M. Hatta. Bersamaan dengan tertangkapnya para pemimpin tinggi
negara tersebut, tentara (dan juga laskar rakyat tentu saja), menyingkir dari
kota menuju pedesaan, untuk menyusun strategi serta melancarkan perang gerilya.
Meskipun sedang dalam masa peperangan, tampaknya suasana di
dalam kota Yogyakarta sendiri cukup masih bisa digunakan untuk menyelenggarakan
pertunjukan hiburan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya acara-acara hiburan
yang digelar di berbagai tempat di Yogyakarta, mulai dari tempat yang tertutup
hingga tempat yang terbuka. Bahkan acara hiburan tersebuit kebanyakan dimulai
pada malam hari.
Pada tempat tertutup, dapat ditemukan beberapa pertunjukan
hiburan yang digelar di gedung. Sementara itu di tempat terbuka, banyak sekali
acara hiburan yang diadakan di alun-alun utara kota Yogyakarta.
Th. 1945 telah ada perkumulan seni lukis
di Yogyakarta dengan nama Pusat Tenaga Pelukis Indonesia
disingkat PTPI. Ketua Djajangasmoro dan Anggotanya
Sindusisworo, Indrosughondo. Kegiatannya mengadakan kursus menggambar serta pembuatan poster.
Th. 1945 di Surakarta berdiri Himpunan
Budaya Surakarta dengan ketua Dr. Moerdowo
Th. 1946 di Medan berdiri perkumpulan
seni “Angkatan Seni Rupa Indonesia” yang disingkat ASRI Ketuanya Dr. Djulham, anggotanya Nasjah
Djamin, Hasan Djafar, Tino. S.
Th. 1946 di Bukittinggi berdiri Seniman
Indonesia Muda yang disingkat SEMI dengan Ketua Zetka,
dan anggota A.A. Navis, Zanain.
Th. 1946 berdiri sanggar Seniman
masyarakat yang dipimpin oleh Afandi
Tidak lama kemudian namanya diganti menjadi
Seniman Indonesia Muda (SIM) dengan
pergantian pimpinan oleh S. Sudjojono.
Kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan
latihan melukis bersama, Pameran bersama dilaksanakan sewaktu-waktu
dalam sanggar.
Anggotanya : Afandi, Hendra, Soedarso, Trubus, Dullah,
Kartono Yudhokusuma, Bazuki Resobowo,m Rusli, Harijadi, Surumo, Surono, Abdul
Salam, D. Joes, dan Zaini.
Th. 1947 sebagian
anggota SIM dengan ketua S. Sudjojono pindah ke Surakarta.
Th. 1948 Anggota
SIM kembali lagi dari Surakarta ke Yogyakarta dengan membawa anggota baru
seperti Trisno Sumardjo, Oesman Efendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakijan,
dan Srihadi.
Th. 1948
diterbitkan sebuah majalah seni rupa dengan nama Prolet Kult
Th. 1947 berdiri
perkumpulan seni rupa dengan nama Pelukis Rakyat.
Anggotanya sebagain
dari anggota SIM seperti Afandi, Hendra,
Soedarso, Sudiardjo, Trubus, dan
Sasongko, serta ditambah anggota baru Kusnadi, S. Kerton, Rustamadji, Sumitro,
Sajono, Saptoto, CJ. Ali, Juski, Permadi.
Th. 1948 melaksanakan pemeran pertama untuk seni patung Indonesia
Pameran diselenggarakan di Pendopo timur
Sonobudojo Yogyakarta.
Karya
patung yang dipamerkan dibuat dari bahan tanah liat dan sebagain dari bahan
batu (Hendra, Trubus dan Rustamadji)
Kegiatan lain mendidik seni lukis
anak-anak di Sentulredjo dan Taman sari
dengan media cat minyak bubuk diatas kertas.
Th. 1947 kembali berdiri perkumpulan seni
lukis Pelangi diketuai oleh Sularko.
Pada th. 1948 terselenggara Kongres
Kebudayaan Pertama yang ketuai oleh Wongsonegoro, dan di selenggarakan
pula saat itu pameran seni lukis oleh sanggar SIM dan Pelukis Rakyat.
Th. 1948 R.j. Katamsi bersama
Djajengasmoro mendirikan Sekolah Menengah Guru Gambar di
Yogyakarta.
Th. 1948 didirikan perkumpulan Gabungan
Pelukis Indonseia di Jakarta oleh Afandi setelah kembali dari
Yogyakarta. Dengan anggota Nasjah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri,
Nashar, Oesman Efendi, Trisno Sumardjo.
Selain itu di Bandung berdiri
perkumpulan seni Jiwa Mukti dengan ketua Barli, dan Pancaran
Cipta Rasa oleh Abedy.
Di Madium beriri kumpulan Gabungan
Pelukis Muda dengan Ketua Kartono, anggota Sudiyono Sunindyo, Ismono.
Di Malang Pelukis Muda Malang
dengan ketua Widagdo.
Di Surabaya Prabangkara dengan
ketua Karyono Yr.
Situasi dalam th. 1945-1949
Hubungan dengan luar negeri terisolir.
Seniman susah mencarai bahan untuk
melukis
Kanvas dibuat dari kain blacu dilapisi
kanji
Bahan lain untuk
melukis adalah kertas
Warna sangat
langka dan sering warna satu tube dibagi.
Banyak lukisan
memiliki warna-warna yang minimal dalam kombinasinya.
Keadaan yang
kekurangan ini telah memberikan efek yang khas pada seni lukis pada masa itu
Mencerminkan jauh dari
kemewahan
Mewakili rasa dan
iklim perjuangan untuk mengatasi situasi.
Melahirkan sifat
kehematan, hal ini tercermin dari
minimnya kombinasi warna yang terdapat dalam lukisan saat itu.
Tema yang
diangkat mencatat situasi kehidupan rakyat yang sulit
Mengabadikan berbagai
perjuangan fisik melawan tantara Belanda melalui sketsa
Banyak dilukis potret
diri untuk menghemat biaya untuk sewa model, bentuk studi yang baik tentang
wajah dengan ekspresi perwatakannya
Melukis alam benda
sering menjadi tema saat itu.
Melukis hidangan di piring
yang terdiri dari nasi dan ikan asin sebagai pernyataan prihatin.
Istri pelukis sendiri sering diminta sebagai
model di sanggar.
Gaya seni lukis saat itu berkisar realime,
impresionisme, dan exspresionisme dengan warna-warna yang mengesankan
dekoratif.
Seniman Masa Perjuangan Revolusi Fisik Kemerdekaan RI
1.
Hendra (1918 )
Jaman kesanggaran 1945-1949 menggunakan
teknik melukis secara langsung sebagai dasar melukis realis
Seketsa dengan plototan merupakan teknik
dasar dalam membuat bentuk global pada karyanya.
Situasi yang mengharukan tentang
kehidupan kemnusiaan merupakan perhatian utama bagi Hendra dalam menangkap
obyek.
Warna-warna yang meriah dekoratif sebagai
ciri dalam karyanya.
Memiliki sifat humor yang ditampilkan
melalui figur-figur manusia pada karyanya.
Hendra memiliki ciri khas dalam
penampilan proporsi figur manusia rata-rata kepanjangan (mulai tahun 50-an)
Lukisannya
berjudul : Menjaga Kehendak Rakyat, Pengantin Revolusi,
2.
Zaini (1924-1977)
Melukis
alam benda potret dengan teknis akademis dari Bazuki Abdullah
Th.
1946-1948 mendalami seni lukis bebas dalam sanggar SIM
Th
1948-1960 kembali dari yogyakarta melukis dengan menggunakan berbagai media
Sejak th 1960 an mulai penjelajahan
barunya dalam monoprint atau monotype
Lukisannya berjudul : Burung, Menatap Masa depan, 1948
3.
Suparto 1929
Mulai mendalami
seni lukis sejak th 1947 pada sanggar SIM di Sala Sumatra Barat.
Th 1950
pindah ke Jakarta bertemu dengan pelukis SIM dari Yogyakarta
Lukisannya berjudul : Buah
4.
Rusli 1916
Th
1932-1938 belajar seni lukis di Universitas Kala Bhavana Santinitekan India
Th.
1946 setelah berdiri Seniamn Masyarakat, Seniman Indonesia Muda, baru menjadi
anggota SIM.
Setelah
berdiri ASRI Yogyakarta ikut menjdi tenaga pengajar.
Karyanya lebih
bersifat sketsa sebagai ciri khasnya
Lukisannya
berjudul : Sebelum upacara di Bali,
====Selesai=====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar