Jumat, 24 Januari 2014

makalah seni rupa" Pengantin Revolusi"



Kelompok         :
1.     Nama     :  Gede Wisnu Sudarta
Nim        :  201104007
Jurusan  :  Seni Rupa Murni ( Lukis )
2. 
POKOK BAHASAN IX
Bahan diskusi kelompok :
Diskusikan karya seni lukis Hendra Gunawan yang berjudul “Pengantin Revolusi” dibawah ini.
Pengantin  Revolusi

Hasil diskusi Kelompok sebagai berikut :
Sebelum kita menulis hasil diskusi sangatlah perlu kita mengetahui hal – hal sebagai berikut untuk mentukan hasil karya seniman masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan RI :
A.    Situasi dalam th. 1945-1949

1.     Hubungan dengan luar negeri terisolir.
2.     Seniman susah mencarai bahan untuk melukis
3.     Kanvas dibuat dari kain blacu dilapisi kanji
4.     Bahan lain untuk melukis adalah kertas
5.     Warna sangat langka dan sering warna satu tube dibagi.
6.     Banyak lukisan memiliki warna-warna yang minimal dalam kombinasinya.
7.     Keadaan yang kekurangan ini telah memberikan efek yang khas pada seni lukis pada masa itu
8.     Mencerminkan jauh dari kemewahan
9.     Mewakili rasa dan iklim perjuangan untuk mengatasi situasi.
10.                        Melahirkan sifat kehematan, hal ini  tercermin dari minimnya kombinasi warna yang terdapat dalam lukisan saat itu.
11.                        Tema yang diangkat mencatat situasi kehidupan rakyat yang sulit
12.                        Mengabadikan berbagai perjuangan fisik melawan tantara Belanda melalui sketsa
13.                        Banyak dilukis potret diri untuk menghemat biaya untuk sewa model, bentuk studi yang baik tentang wajah dengan ekspresi perwatakannya
14.                        Melukis alam benda sering menjadi tema saat itu.
15.                        Melukis hidangan di piring yang terdiri dari nasi dan ikan asin sebagai pernyataan prihatin.
16.                        Istri pelukis sendiri sering diminta sebagai model di sanggar.
17.                        Gaya seni lukis saat itu berkisar realime, impresionisme, dan exspresionisme dengan warna-warna yang mengesankan dekoratif.


B.     Seniman Masa Perjuangan Revolusi Fisik Kemerdekaan RI
Khusus Seniman : Hendra Gunawan (1918 )           
1.     Jaman kesanggaran 1945-1949 menggunakan teknik melukis secara langsung sebagai dasar melukis realis
2.     Seketsa dengan plototan merupakan teknik dasar dalam membuat bentuk global pada karyanya.
3.     Situasi yang mengharukan tentang kehidupan kemanusiaan merupakan perhatian utama bagi Hendra dalam menangkap obyek.
4.     Warna-warna yang meriah dekoratif sebagai ciri dalam karyanya.
5.     Memiliki sifat humor yang ditampilkan melalui figur-figur manusia pada karyanya.
6.     Hendra memiliki ciri khas dalam penampilan proporsi figur manusia rata-rata kepanjangan (mulai tahun 50-an)

C.     Sekilas tentang Pelukis Hendra Gunawan :
Hendra Gunawan, Pelukis Maestro Indonesia yang sudah mencapai puncak kejayaannya dalam berkarya di dunia seni rupa dan patung,bahkan karya karya nya tembus di berbagai penjualan Lukisan di manca negara dengan harga "Milyar "  
Pada awal nya  Hendra Goenawan adalah seorang seniman yang membuat patung sampai pada suatu saat dia bertemu dengan Wahdi seorang pelukis terkenal saat itu yang beraliran naturalist, kemudian Hendra banyak menimba ilmu melukis dari wahdi.

Karena Hendra seorang jenius maka teknik lukisannya sangat jauh berkembang sehingga dia di anggap penemu aliran baru yang kemudian membawa nama nya masuk dalam pelukis papan atas Indonesia.

Hendra Gunawan adalah seorang aktifis yang menjadi pelukis besar di Indonesia seperti aktifis lain yang juga menjadi pelukis pelukis legenda / old master/maestro lainnya seperti S Sudjojono, Trubus, Henk Ngantung, Affandi, Otto djaya , Mas Tot, Agus djaya Joko Pekik dan lain lain. Mereka dikenal sebagai Soekarnois  dan mereka tidak pernah takut dan gentar membicarakan tentang ideologi  ideologi Bung Karno.

Dengan mengacu pada tentang ketentuan diatas yaitu situasi dikala itu dan merupakan seniman  masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan  RI dan beberapa pendapat penikmat seni dari internet untuk lukisan “Pengantin Revolusi “ karya Hendra Gunawan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengantin revolusi karya hendra Gunawan, sebuah realitas sosial masyarakat dapat terdeskripsi lewat wujud visual yang ditampilkan seorang seniman yang kemudian hadir dalam bentuk mimesis realitas. Pendekatan ini menitikberatkan pada semesta sebagai aspek referensial.
Karya sastra juga termasuk karya seni, dipandang sebagai refresentasi, peniruan, atau pembayangan kenyataan. Namun mimesis ini hidup dalam ruang dan waktunya sendiri terlepas dari realitasnya yang sebenarnya realitas induk yang ditiru. Meski demikian, mimesis ini tentu saja tidak dapat dipisahkan seutuhnya dari realitas induknya yang berkedudukan sebagai cermin pembanding karya seni dengan realitas tersebut.
Mengamati lukisan yang bertajuk pengantin revolusi ( tahun 1955 ) Hendra Gunawan mendeskripsikan sebuah realitas yang diisi oleh sejumlah orang yang hadir dengan keberagaman karakter yang ditunjukan oleh perbedaan penampilan orang – orang dalam lukisan tersebut. Memandang utuh lukisan ini pada kali pertama fokus pandangan tertuju pada penonjolan perempuan pengantin yang tengah duduk disebuah sepeda, perempuan berpenampilan mencolok dengan warna kuning terang dan memiliki mata yang sipit. Mata sipit ini merujuk pada ciri khas mata etnis Tionghoa dan asumsi ini diperkuat dengan keberadaan pria berperut buncit yang berada didepan alat musik tanji dor.
Penampilan pria yang perut buncit ini mencirikan icon Cap Go Meh yaitu Tahung Loya, Cap Go Meh merupakan perayaan hari ke lima belas  dan hari terakhir dari perayaan tahun baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa yang tinggal diluar Cina, Cap Go Meh adalah salah satu budaya masyarakat Tionghoa, sebagai hasil alkulturasi budaya Tionghoa dengan budaya masyarakat lokal.
Pengantin perempuan dalam lukisan ini identik dengan perempuan Tionghoa Singkawang dibandingkan perempuan Betawi. Hal ini didukung oleh pemilihan warna kuning menyala yang kemudian mengenakan mahkota atau yang lebih dikenal Sekar Suhun, sebagai ciri khas tata rias pengantin daerah Kutai. Disamping itu pemilihan bentuk rambut yang dikuncir dua dan penggunaan celana panjang bukan adalah ciri khas busana pengantin perempuan Tionghoa Singkawang. Sementara itu pengantin Betawi justru biasanya mengikat tinggi – tinggi rambutnya seperti dicepol dan menggunakan rok panjang.
Keterkaitan antara pengantin perempuan Tionghoa yang merunduk, Cap Go Meh, Revolusi, dan pelukis merupakan hubungan yang sejajar, yaitu mengenai diri pelukis. Hendra Gunawan dalam lukisannya berusaha memaparkan bagaimana pengalamannya di front perjuangan, telah memberikan sumbangan inspirasi berharga baginya. Bertolak dari hal tersebut lahir karyannya yang bernuansa “ REVOLUSIONER “ dan bersifat kerakyatan. Pemilihan pengantin Tionghoa dapat merujuk pada ruang bernaung Hendra Gunawan, yang aktif dalam lekra yang berafiliasi langsung ke partai komunis Indonesia. Sementara itu pemilihan pengantin perempuan yang merunduk dapat merujuk pada analogi KETIDAKADILAN pemerintah kala tersebut dengan kaum etnis Tionghoa, yang diwakili dengan ikon perempuan. Pemilihan ikon tersebut terkait dengan citra perempuan dalam sistem patriaki yang selalu mengalami perlakuan tidak sama, bahkan cendrung TERDISKRIMINASI oleh kedaan buruk. Sekian dapat kami sampaikan, terima kasih.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar